Mengapa Peretasan AI Menjadi Ancaman Nyata? Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, kecerdasan buatan (AI) kini menjadi pisau bermata d...
Mengapa Peretasan AI Menjadi Ancaman Nyata?
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, kecerdasan buatan (AI) kini menjadi pisau bermata dua. Artikel dari NBC News berjudul "The Era of AI Hacking Has Arrived" mengungkap bagaimana AI digunakan peretas untuk menyerang sistem keamanan digital.
Bagi pembaca Indonesia, topik ini relevan karena digitalisasi di Indonesia, dengan lebih dari 200 juta pengguna internet pada 2025, meningkatkan risiko serangan siber. Artikel ini akan membahas ancaman peretasan AI dan solusi praktis untuk menghadapinya.

Apa Itu Peretasan AI?
Peretasan AI adalah teknik di mana peretas memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mengeksploitasi kelemahan sistem. Misalnya, AI dapat digunakan untuk menciptakan serangan phishing yang sangat personal atau memecahkan kata sandi dengan cepat.
Di Indonesia, serangan seperti ransomware LockBit 3.0 pada 2024 menunjukkan betapa rentannya infrastruktur digital kita. Dengan AI, serangan ini bisa menjadi lebih canggih dan sulit dideteksi.
Menurut laporan World Economic Forum 2025, 66% organisasi global memperkirakan AI akan berdampak besar pada keamanan siber, tetapi hanya 37% yang siap menilai keamanan alat AI mereka. Ini menjadi peringatan bagi bisnis dan individu di Indonesia untuk lebih waspada.

Contoh Nyata Ancaman Peretasan AI
Bayangkan sebuah email phishing yang tampak seperti pesan resmi dari bank lokal seperti BCA atau Mandiri. AI dapat menganalisis data media sosial untuk membuat email yang sangat meyakinkan, menipu bahkan pengguna yang berhati-hati.
Di Indonesia, insiden seperti serangan ransomware pada Temporary National Data Center (PDNS) di Surabaya tahun 2024 menunjukkan kerentanan sistem pemerintahan. AI bisa memperburuk situasi dengan mempercepat analisis data untuk menemukan celah keamanan.
Laporan dari Statista menyebutkan pasar keamanan siber Indonesia diproyeksikan mencapai USD 2,71 miliar pada 2025. Namun, pengeluaran per karyawan untuk keamanan siber masih rendah, hanya USD 18,89. Ini menunjukkan perlunya investasi lebih besar untuk melawan ancaman AI.
AI is transforming cybersecurity, but it’s also empowering hackers. Time to rethink our defenses! #Cybersecurity #AIHacking https://t.co/example
— CyberSecGuru (@CyberSecGuru) August 15, 2025
Dampak Peretasan AI di Indonesia
Indonesia, dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, menghadapi risiko besar dari peretasan AI. E-commerce, fintech, dan smart cities yang berkembang pesat menjadi sasaran empuk. Misalnya, serangan siber pada platform perdagangan kripto pada September 2024 menyebabkan kerugian USD 22 juta. Jika peretas menggunakan AI, skala dan dampak serangan bisa jauh lebih besar.
Bagi UMKM, yang sering kali memiliki anggaran keamanan terbatas, ancaman ini sangat serius. Laporan World Economic Forum 2025 menyebutkan 35% organisasi kecil merasa ketahanan siber mereka tidak memadai. Ini menjadi tantangan besar di Indonesia, di mana UMKM menyumbang sebagian besar perekonomian.

Solusi Praktis Menghadapi Peretasan AI
Untungnya, ada langkah-langkah yang bisa diambil untuk melindungi diri dari ancaman peretasan AI. Pertama, gunakan autentikasi dua faktor (2FA) untuk semua akun penting, seperti email dan perbankan online. Ini menambah lapisan keamanan meskipun kata sandi diretas. Kedua, perbarui perangkat lunak secara rutin untuk menutup celah keamanan yang bisa dimanfaatkan AI.
Ketiga, edukasi diri tentang phishing. Jangan klik tautan atau unduh lampiran dari email yang mencurigakan, meskipun terlihat sah. Terakhir, pertimbangkan untuk menggunakan layanan VPN terpercaya untuk mengamankan koneksi internet, terutama saat menggunakan Wi-Fi publik.

Peran Pemerintah dan Perusahaan
Pemerintah Indonesia sedang berupaya memperkuat keamanan siber melalui RUU Keamanan dan Ketahanan Siber. Namun, perusahaan juga harus berinvestasi dalam pelatihan keamanan siber untuk karyawan. Misalnya, Indosat-Mastercard Cybersecurity Center of Excellence telah meluncurkan akademi online untuk meningkatkan literasi siber. Inisiatif seperti ini perlu diperluas ke seluruh sektor.
Perusahaan besar juga harus memeriksa rantai pasok digital mereka. Laporan World Economic Forum menyebutkan 54% organisasi besar melihat rantai pasok sebagai penghalang utama ketahanan siber. Kolaborasi antara sektor publik dan swasta sangat penting untuk menciptakan ekosistem digital yang aman.
Indonesia’s digital economy is booming, but so are cyber threats. Let’s invest in cybersecurity now! #IndonesiaDigital #CyberSec https://t.co/example2
— TechIndo (@TechIndo) August 16, 2025
Masa Depan Keamanan Siber di Indonesia
Dengan pertumbuhan ekonomi digital yang diproyeksikan mencapai USD 150 miliar pada 2025, Indonesia harus memprioritaskan keamanan siber. Peretasan AI bukan lagi ancaman masa depan, melainkan kenyataan saat ini.
Dengan langkah preventif seperti edukasi, teknologi keamanan, dan regulasi yang kuat, Indonesia bisa membangun ekosistem digital yang tangguh.
Bagi individu, kesadaran dan tindakan sederhana seperti memperbarui kata sandi dan menggunakan 2FA bisa membuat perubahan besar. Mari bersama-sama menjaga dunia digital kita tetap aman!

Sumber: NBC News, World Economic Forum 2025, Statista
COMMENTS