Stablecoin: Tulang Punggung Baru Pasar Kripto Indonesia Pasar kripto di Indonesia sedang memasuki fase baru yang menarik di tahun 2025. Sa...
Stablecoin: Tulang Punggung Baru Pasar Kripto Indonesia
Pasar kripto di Indonesia sedang memasuki fase baru yang menarik di tahun 2025. Salah satu kata kunci yang sedang hangat dibicarakan adalah stablecoin. Aset digital yang dirancang untuk menjaga nilai stabil ini kini menjadi sorotan, baik di kalangan investor ritel maupun pelaku bisnis online. Dengan regulasi terbaru dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), stablecoin seperti USDC dan USDT diproyeksikan menjadi pilar penting dalam ekosistem kripto lokal. Apa artinya ini untuk pasar Indonesia? Yuk, kita ulas!
![['Bitcoin', 'Ethereum', 'Altcoin', 'DeFi', 'Funding', 'Airdrop', 'Blockchain Gaming', 'NFT Marketplace', 'Stablecoin']](https://vqukdnlujepbntwmzyhr.supabase.co/storage/v1/object/public/blogspot/generated/illustration-of-a-digital-wallet-with-stablecoi-585.webp?)
Regulasi Stablecoin: Langkah Bappebti Menuju Transparansi
Pada Juni 2025, Bappebti mengeluarkan regulasi terbaru yang mengatur perdagangan aset kripto di Indonesia. Salah satu poin utamanya adalah pengakuan stablecoin sebagai bagian dari lebih dari 1.300 token legal yang boleh diperdagangkan di bursa lokal. Regulasi ini mewajibkan platform seperti Indodax dan Tokocrypto untuk memastikan kepatuhan terhadap prinsip Know Your Customer (KYC) dan Anti Money Laundering (AML). Tujuannya? Menciptakan ekosistem yang lebih aman dan transparan bagi investor ritel.
Stablecoin seperti USDC kini mendominasi transaksi di platform pembayaran kripto global seperti CoinGate, yang juga mulai populer di Indonesia. Data terbaru menunjukkan bahwa transaksi USDC di CoinGate melonjak 337% pada paruh pertama 2025. Ini menandakan bahwa pelaku bisnis di Indonesia mulai beralih ke stablecoin untuk menghindari volatilitas harga yang sering bikin deg-degan.
Dampak Stablecoin pada Bisnis Online Lokal
Bayangkan kamu punya toko online yang menjual kopi khas Toraja ke pasar internasional. Dengan stablecoin, pembayaran dari pelanggan di luar negeri jadi lebih mudah. Tidak perlu khawatir fluktuasi harga Bitcoin atau Ethereum yang bisa bikin rugi dalam hitungan jam. CoinGate, misalnya, memungkinkan merchant menerima USDC dan langsung mengonversinya ke rupiah atau menyimpannya sebagai aset stabil. Biaya transaksi hanya 1%, jauh lebih murah dibandingkan kartu kredit yang bisa mencapai 3%.
CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, menyebutkan bahwa penambahan 161 aset kripto legal, termasuk stablecoin, pada Agustus 2025 membuat pasar lokal semakin kompetitif. “Stablecoin memberikan kepastian nilai, yang sangat penting untuk adopsi kripto di sektor bisnis,” ujarnya. Bagi UMKM, ini berarti peluang untuk menjangkau pasar global tanpa takut rugi karena perubahan harga kripto.
![['Bitcoin', 'Ethereum', 'Altcoin', 'DeFi', 'Funding', 'Airdrop', 'Blockchain Gaming', 'NFT Marketplace', 'Stablecoin']](https://vqukdnlujepbntwmzyhr.supabase.co/storage/v1/object/public/blogspot/generated/illustration-of-a-small-business-owner-in-indon-804.webp?)
Stablecoin dan Perlindungan Investor
Regulasi Bappebti juga menekankan perlindungan investor. Stablecoin yang legal harus memenuhi kriteria ketat, seperti transparansi cadangan (reserve) dan audit rutin. Ini penting karena kasus seperti kolapsnya TerraUSD di masa lalu pernah bikin heboh pasar kripto global. Dengan aturan ini, investor ritel di Indonesia bisa lebih tenang saat bertransaksi menggunakan USDC atau stablecoin lain yang sudah terverifikasi.
Namun, ada sisi lain. Regulasi ini juga meningkatkan biaya operasional untuk bursa kripto lokal. Seorang pengguna X menyoroti hal ini:
Dengan aturan pajak crypto terbaru: Misal lo jual 1 ETH seharga Rp 50 juta di exchange lokal: 🔹 Dikenakan PPh 0,21% → Rp 105.000 dipotong langsung. Kalau pakai exchange luar? 🔹 Dikenakan PPh 1% → Rp 500.000 potongannya. Selisih 5× lipat cuma karena beda platform. 🔸
— sarjana_crypto (@sarjana_crypto) August 1, 2025
Cuitan ini menunjukkan bahwa meski regulasi memberi kepastian hukum, pajak yang lebih tinggi di bursa luar bisa mendorong investor ke platform lokal yang lebih terjangkau. Stablecoin, dengan nilai stabilnya, jadi pilihan menarik untuk mengurangi risiko pajak dan volatilitas.
Tren Global dan Pengaruhnya di Indonesia
Di kancah global, stablecoin diproyeksikan mencapai kapitalisasi pasar US$2 triliun pada 2025, menurut Blockchain Media Indonesia. Raksasa keuangan seperti Bank of America bahkan dikabarkan sedang menyiapkan stablecoin mereka sendiri. Di Indonesia, tren ini terlihat dari meningkatnya adopsi USDC di platform e-commerce seperti Tokopedia dan Bukalapak, yang mulai mengintegrasikan pembayaran kripto melalui CoinGate.
Stablecoin juga mendukung tren tokenisasi aset dunia nyata (RWA). Misalnya, properti atau saham bisa ditokenisasi dan diperdagangkan menggunakan stablecoin sebagai alat tukar. Ini membuka peluang baru bagi investor lokal untuk diversifikasi portofolio tanpa harus bergantung pada Bitcoin atau Ethereum yang harganya sering naik-turun.
Stablecoin vs. Bitcoin dan Ethereum
Meski Bitcoin mencatat rekor US$124.000 dan Ethereum menyentuh US$4.000 pada 13 Agustus 2025, stablecoin tetap punya tempat khusus. Bitcoin dan Ethereum memang menarik untuk investasi jangka panjang, tapi untuk transaksi sehari-hari, stablecoin jauh lebih praktis. Bayangkan membayar kopi dengan Bitcoin yang harganya bisa melonjak atau anjlok dalam sehari—pasti bikin pusing!
Di Indonesia, stablecoin juga membantu menarik investor baru yang takut dengan volatilitas. Menurut data dari Dunia Fintech, volume transaksi Ethereum di jaringan global mencapai US$40 miliar per hari. Namun, untuk transaksi mikro seperti pembayaran online, stablecoin seperti USDC lebih unggul karena nilainya tetap.
![['Bitcoin', 'Ethereum', 'Altcoin', 'DeFi', 'Funding', 'Airdrop', 'Blockchain Gaming', 'NFT Marketplace', 'Stablecoin']](https://vqukdnlujepbntwmzyhr.supabase.co/storage/v1/object/public/blogspot/generated/illustration-of-a-comparison-chart-showing-stab-390.webp?)
Tantangan dan Peluang ke Depan
Meski stablecoin menjanjikan stabilitas, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah ketergantungan pada infrastruktur blockchain seperti Ethereum, yang kadang menghadapi biaya gas tinggi. Untungnya, upgrade jaringan Pectra pada Mei 2025 sudah meningkatkan efisiensi transaksi, membuat stablecoin lebih murah untuk digunakan.
Ada juga kekhawatiran soal regulasi yang terlalu ketat. Seorang pengguna X mengungkapkan:
Jadi begini, saat ini kita secara industri sedang menghadapi fase transisi regulator berdasarkan undang-undang. Termasuk mengenai kripto yang boleh di perdagangkan kepada user di Indonesia.
— WanIqbal (@WanIqbal) January 12, 2025
Cuitan ini mencerminkan bahwa transisi regulasi bisa memengaruhi kecepatan adopsi stablecoin. Namun, peluangnya jauh lebih besar. Dengan dukungan dari platform seperti Indodax dan integrasi dengan sistem pembayaran global, stablecoin bisa jadi katalis untuk pertumbuhan kripto di Indonesia.
Kesimpulan: Stablecoin sebagai Masa Depan Kripto Indonesia
Stablecoin bukan cuma tren sementara, tapi fondasi baru untuk ekosistem kripto yang lebih stabil dan inklusif di Indonesia. Regulasi terbaru dari Bappebti memberikan kepastian hukum, sementara adopsi oleh bisnis online membuka peluang baru. Bagi investor ritel, stablecoin menawarkan cara aman untuk masuk ke dunia kripto tanpa takut volatilitas. Bagi merchant, ini adalah alat untuk menjangkau pasar global dengan biaya rendah.
Namun, seperti kata pepatah, “Jangan taruh semua telur dalam satu keranjang.” Meski stablecoin menjanjikan, riset mandiri dan manajemen risiko tetap penting. Dengan regulasi yang semakin jelas dan teknologi yang terus berkembang, 2025 bisa jadi tahun di mana stablecoin benar-benar mengubah cara kita bertransaksi di Indonesia. Siap ikut gelombang ini?
Untuk informasi lebih lanjut tentang regulasi kripto, kunjungi situs resmi Bappebti atau cek update terbaru di Indodax.
COMMENTS